< 1 >
Read!
In the Name of ALLAH, Who has created man from a clot (a piece of thick coagulated blood).
< 2 >
Al-Islami
In the Name of ALLAH, Who has created man from a clot (a piece of thick coagulated blood).
< 3 >
Al-Islami
In the Name of ALLAH, Who has created man from a clot (a piece of thick coagulated blood).
< 4 >
Al-Islami
In the Name of ALLAH, Who has created man from a clot (a piece of thick coagulated blood).

Senin, 22 Juni 2015

Jadwal Imsak Kabupaten Bangka Selatan 2015/1436 h


Jadwal Imsak Kabupaten Bangka Selatan 1436 H / 2015 – Info jadwal puasa ramadhan 2015 untuk wilayah Kabupaten Bangka Selatan dan sekitarnya selama 1 bulan penuh sudah kami siapkan dalam bentuk tabel,jadi bagi siapa saja yang ingin mencetak jadwal puasa tersebut tinggak copy paste ke microsoft excel untuk selanjutnya di print / cetak.
Seperti kita ketahui bersama bahwa sebentar lagi akan kembali tiba Bulan Suci Ramadhan atas hal itu, melalui postingan kali ini blog jadwalimsak.info ingin berbagi Jadwal Puasa 2015 kepada teman-teman semuanya.
Kami mengkonversi jadwal imsak dari metode-metode yang digunakan kementrian Agama RI, Misalnya saja di propinsi Jawa Barat, jadwal shalat maupun imsakiyah Ramadhan bagi Kabupaten Garut dianggap bisa dihitung dengan menggunakan titik di kota Bandung atau Cirebon, yang lantas dipindahkan ke kabupaten tersebut melalui apa yang disebut koreksi waktu. Kita mengenal koreksi waktu sebagai berapa menit yang harus ditambahkan/dikurangkan terhadap suatu waktu shalat yang telah dihasilkan.
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2015 yang kami tampilkan adalah sebuah spreadsheet yang dirancang untuk mempermudah perhitungan jadwal imsakiyah bulan suci Ramadhan bagi 497 kabupaten/kota se-Indonesia yang mencakup 34 propinsi, termasuk propinsi terbaru.

Jadwal Imsak Kabupaten Bangka Selatan 2015 / 1436 H 18 Juni S/D 17 Juli 2015


Tgl Masehi Tgl Hijriah Imsak Shubuh Dzuhur Ashar Maghrib Isya Terbit Dhuha
18 Juni 2015 M 1 Ramadhan 1436 H 04:25 04:35 11:57 15:22 17:56 19:11 05:55 06:17
19 Juni 2015 M 2 Ramadhan 1436 H 04:25 04:35 11:58 15:22 17:56 19:11 05:56 06:18
20 Juni 2015 M 3 Ramadhan 1436 H 04:25 04:35 11:58 15:22 17:57 19:12 05:56 06:18
21 Juni 2015 M 4 Ramadhan 1436 H 04:25 04:35 11:58 15:22 17:57 19:12 05:56 06:18
22 Juni 2015 M 5 Ramadhan 1436 H 04:26 04:36 11:58 15:22 17:57 19:12 05:56 06:18
23 Juni 2015 M 6 Ramadhan 1436 H 04:26 04:36 11:58 15:23 17:57 19:12 05:56 06:18
24 Juni 2015 M 7 Ramadhan 1436 H 04:26 04:36 11:59 15:23 17:58 19:12 05:57 06:19
25 Juni 2015 M 8 Ramadhan 1436 H 04:26 04:36 11:59 15:23 17:58 19:13 05:57 06:19
26 Juni 2015 M 9 Ramadhan 1436 H 04:26 04:36 11:59 15:23 17:58 19:13 05:57 06:19
27 Juni 2015 M 10 Ramadhan 1436 H 04:27 04:37 11:59 15:24 17:58 19:13 05:57 06:19
28 Juni 2015 M 11 Ramadhan 1436 H 04:27 04:37 11:59 15:24 17:58 19:13 05:57 06:19
29 Juni 2015 M 12 Ramadhan 1436 H 04:27 04:37 12:00 15:24 17:59 19:13 05:58 06:20
30 Juni 2015 M 13 Ramadhan 1436 H 04:27 04:37 12:00 15:24 17:59 19:14 05:58 06:20
1 Juli 2015 M 14 Ramadhan 1436 H 04:28 04:38 12:00 15:24 17:59 19:14 05:58 06:20
2 Juli 2015 M 15 Ramadhan 1436 H 04:28 04:38 12:00 15:24 17:59 19:14 05:58 06:20
3 Juli 2015 M 16 Ramadhan 1436 H 04:28 04:38 12:00 15:25 17:59 19:14 05:58 06:20
4 Juli 2015 M 17 Ramadhan 1436 H 04:28 04:38 12:01 15:25 18:00 19:14 05:59 06:20
5 Juli 2015 M 18 Ramadhan 1436 H 04:28 04:38 12:01 15:25 18:00 19:14 05:59 06:21
6 Juli 2015 M 19 Ramadhan 1436 H 04:29 04:39 12:01 15:25 18:00 19:15 05:59 06:21
7 Juli 2015 M 20 Ramadhan 1436 H 04:29 04:39 12:01 15:25 18:00 19:15 05:59 06:21
8 Juli 2015 M 21 Ramadhan 1436 H 04:29 04:39 12:01 15:25 18:00 19:15 05:59 06:21
9 Juli 2015 M 22 Ramadhan 1436 H 04:29 04:39 12:01 15:26 18:01 19:15 05:59 06:21
10 Juli 2015 M 23 Ramadhan 1436 H 04:29 04:39 12:02 15:26 18:01 19:15 05:59 06:21
11 Juli 2015 M 24 Ramadhan 1436 H 04:30 04:40 12:02 15:26 18:01 19:15 06:00 06:21
12 Juli 2015 M 25 Ramadhan 1436 H 04:30 04:40 12:02 15:26 18:01 19:15 06:00 06:21
13 Juli 2015 M 26 Ramadhan 1436 H 04:30 04:40 12:02 15:26 18:01 19:15 06:00 06:22
14 Juli 2015 M 27 Ramadhan 1436 H 04:30 04:40 12:02 15:26 18:01 19:15 06:00 06:22
15 Juli 2015 M 28 Ramadhan 1436 H 04:30 04:40 12:02 15:26 18:02 19:15 06:00 06:22
16 Juli 2015 M 29 Ramadhan 1436 H 04:31 04:41 12:02 15:26 18:02 19:15 06:00 06:22
17 Juli 2015 M 1 Syawal 1436 H 04:31 04:41 12:02 15:26 18:02 19:15 06:00 06:22
Catatan : :
*Penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal 1436 H menunggu Keputusan Menteri Agama RI yang merujuk kepada sidang itsbat.
Itulah informasi Jadwal Puasa Imsakiyah Ramadhan Kabupaten Bangka Selatan 2015 / 1436 H yang dapat kami sampaikan, terima kasih semoga bermanfaat, mari berlomba-lomba dalam kebaikan selama bulan ramadhan, salah satunya dengan share info ini ke teman-teman anda di facebook maupun twitter dan google plus, mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan saudara. Amin…

sumber: http://www.jadwalimsak.info/jadwal-imsak-kabupaten-bangka-selatan.html

Rabu, 17 Juni 2015

Tata cara Shalat Tarawih di rumah

Cara Shalat Tarawih 11 Rakaat Sendiri di Rumah dan Bacaan Niat Doa Sholat Tarawih & Witir

Cara shalat tarawih 11 rakaat sendiri di rumah menjadi pertanyaan banyak orang yang memiliki keterbatasan dan halangan sehingga tidak bisa berangkat ke masjid untuk berjamaah. Banyak pula yang ingin mengetahui bacaan niat untuk mengerjakan salat tarawih dan witir, berserta doanya.

Hasil gambar untuk tata cara shalat tarawih di rumahSalat Tarawih sendiri awalnya tidak dilakukan secara berjamaah. Pernah suatu ketika Rasulullah saw. mengerjakan salat pada malam bulan Ramadhan. Para sahabat yang ada di sekitar beliau ingin melakukan hal serupa. Namun kemudian Baginda Nabi tidak datang lagi untuk mengerjakan salat tersebut sehingga Sahabat bertanya-tanya. Nabi menjelaskan, “Aku tidak keluar karena aku takut sholat itu nantinya diwajibkan kepada kalian”. (H.R. Muslim).

Jamaah salat tarawih di masjid dilakukan sejak zaman khalifah Umar bin Khattab. Tujuannya pun mulia. Beliau tergerak melihat banyak orang yang mengerjakan salat dengan cara berbeda di masjid-masjid. Ada yang berjamaah dengan kelompok kecil, ada pula yang sendiri.

Oleh karenanya, Umar menyeragamkan sholat tersebut menjadi berjamaah pada satu imam saja. Umar bin Khattab mengatakan, ” “Inilah sebaik-baik bid’ah, dan sholat yang mereka tinggalkan untuk tidur tetap lebih baik dibandingkan dengan sholat yang mereka dirikan.” (H. R. Bukhari dan Muslim).

Dari sinilah kemudian keluar pendapat bahwa salat tarawih hukumnya sunat muakkad, artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak, tetapi lebih diutamakan atau sangat dianjurkan untuk dikerjakan.

Cara Shalat Tarawih 11 Rakaat

Ketika mengerjakan salat tarawih 11 rakaat, apa yang harus dilakukan? Bagaimana tata caranya? Apakah kita menggunakan pola 4 rakaat sekali salam? Ataukah dua rakaat sekali salam? Mengenai hal ini, semuanya benar karena merujuk pada dua riwayat berbeda.

Mereka yang melaksanakan salat empat rakaat sekali salam merujuk pada pernyataan Ibunda Aisyah, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat 4 raka’at, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang raka’atnya. Kemudian beliau melaksanakan shalat 4 raka’at lagi, maka janganlah tanyakan mengenai bagus dan panjang raka’atnya .” (H.R. Bukhari).

Adapun yang berkeyakinan salat dua rakaat sekali salam, merujuk pada sabda Rasulullah, “Shalat malam adalah dua raka’at dua raka’at.” (H.R. Bukhari). Dengan demikian, kedua macam cara pengerjaan sholat tarawih ini insya Allah semuanya sah.

Seseorang bisa memilih shalat tarawih dengan 4 rakaat  + 4 rakaat + 3 rakaat salat witir.

Mungkin pula, yang lebih utama, mengerjakan salat dengan 2 rakaat + 2 rakaat + 2 rakaat + 2 rakaat + 3 rakaat salat witir.

Terkait dengan surah yang dibaca selama salat tarawih, tidak ada ketentuan harus membaca surat tertentu. Namun alangkah sempurnanya jika dalam salat tarawih sepanjang bulan Ramadhan, kita dapat mengkhatamkan bacaan Alquran.

Bacaan Niat Salat Tarawih

Lalu bagaimana dengan niat salat tarawih? Niat hendaknya dilafalkan dalam hati karena berkaitan dengan ketulusan kita beribadah kepada Allah.

Namun demikian, bagi yang merasa lebih afdhol membaca niat dengan bahasa Arab, bisa melafalkan, “Ushalli sunnatat taraawiihi rak’ataini (ma’muman/imaaman) lillahi ta’aalaa” yang bermakna “Aku niat shalat Tarawih dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah Ta’ala.”

Bacaan Doa Salat Witir

Seringkali kita mendapati jamaah salat tarawih membaca doa tertentu setiap selesai salam. Terkait hal ini tidak ada riwayat yang membenarkan adanya doa tersebut. Yang diajarkan oleh Rasulullah hanyalah doa setelah salat witir.

Mengenai doa yang dibaca setelah salat witir, kita bisa melantunkan bacaan sebagai berikut:

للَّهُمَّ إِني أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِـمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَـتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْــــنَــــيْتَ عَلَى نَــــفْسِكَ

“Ya Allah, aku berlindung dari kemurkaan-Mu melalui ridha-Mu, aku berlindung dari hukuman-Mu melalui permaafan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”

سُبْحَانَ الـمَلِكِ القُدُّوْسِ

“Mahasuci Dzat yang Maha Menguasai lagi Mahasuci.” (H.r. Abu Daud; dinilai sahih oleh Al-Albani)

Sumber: http://sidomi.com/302458/cara-shalat-tarawih-11-rakaat-sendiri-di-rumah-dan-bacaan-niat-doa-sholat-tarawih-witir/

Jumat, 04 Juli 2014

Panduan Shalat Witir

Tata Cara Shalat Witir Dan Jumlah Rakaatnya Yang Diajarkan Oleh Rasulullah

 
 
 
 
 
 

Panduan Shalat Witir

tuntunan-lengkap-shalat-witir-tahajjud-dhuhaSegala puji bagi Allah, Rabb yang mengatur malam dan siang. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini kami akan menyajikan panduan singkat shalat witir. Semoga yang singkat ini bermanfaat.
Witir secara bahasa berarti ganjil. Hal ini sebagaimana dapat kita lihat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ
Sesungguhnya Allah itu Witr dan menyukai yang witr (ganjil).” (HR. Bukhari no. 6410dan Muslim no. 2677)
Sedangkan yang dimaksud witir pada shalat witir adalah shalat yang dikerjakan antara shalat Isya’ dan terbitnya fajar (masuknya waktu Shubuh), dan shalat ini adalah penutup shalat malam.
Mengenai shalat witir apakah bagian dari shalat lail (shalat malam/tahajud) atau tidak, para ulama berselisih pendapat. Ada ulama yang mengatakan bahwa shalat witir adalah bagian dari shalat lail dan ada ulama yang mengatakan bukan bagian dari shalat lail.
Hukum Shalat Witir
Menurut mayoritas ulama, hukum shalat witir adalah sunnah muakkad (sunnah yang amat dianjurkan).
Namun ada pendapat yang cukup menarik dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah bahwa shalat witir itu wajib bagi orang yang punya kebiasaan melaksanakan shalat tahajud.[1] Dalil pegangan beliau barangkali adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً
Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751)
Waktu Pelaksanaan Shalat Witir
Para ulama sepakat bahwa waktu shalat witir adalah antara shalat Isya hingga terbit fajar. Adapun jika dikerjakan setelah masuk waktu shubuh (terbit fajar), maka itu tidak diperbolehkan menurut pendapat yang lebih kuat. Alasannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu shubuh, hendaklah ia shalat satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749, dari Ibnu ‘Umar)
Ibnu ‘Umar mengatakan,
مَنْ صَلَّى بِاللَّيْلِ فَلْيَجْعَلْ آخِرَ صَلاَتِهِ وِتْراً فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِذَلِكَ فَإِذَا كَانَ الْفَجْرُ فَقَدْ ذَهَبَتْ كُلُّ صَلاَةِ اللَّيْلِ وَالْوِتْرُ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَوْتِرُوا قَبْلَ الْفَجْرِ »
Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam, maka jadikanlah akhir shalat malamnya adalah witir karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal itu. Dan jika fajar tiba, seluruh shalat malam dan shalat witir berakhir, karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat witirlah kalian sebelum fajar”. (HR. Ahmad 2/149. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Lalu manakah waktu shalat witir yang utama dari waktu-waktu tadi?
Jawabannya, waktu yang utama atau dianjurkan untuk shalat witir adalah sepertiga malam terakhir.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
مِنْ كُلِّ اللَّيْلِ قَدْ أَوْتَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ وَأَوْسَطِهِ وَآخِرِهِ فَانْتَهَى وِتْرُهُ إِلَى السَّحَرِ.
“Kadang-kadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan witir di awal malam, pertengahannya dan akhir malam. Sedangkan kebiasaan akhir beliau adalah beliau mengakhirkan witir hingga tiba waktu sahur.” (HR. Muslim no. 745)
Disunnahkan –berdasarkan kesepakatan para ulama-  shalat witir itu dijadikan akhir dari shalat lail berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar yang telah lewat,
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً
Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751)
Yang disebutkan di atas adalah keadaan ketika seseorang yakin (kuat) bangun di akhir malam. Namun jika ia khawatir tidak dapat bangun malam, maka hendaklah ia mengerjakan shalat witir sebelum tidur. Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّكُمْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ ثُمَّ لْيَرْقُدْ وَمَنْ وَثِقَ بِقِيَامٍ مِنَ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ آخِرِهِ فَإِنَّ قِرَاءَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَحْضُورَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ
Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri (oleh para Malaikat) dan hal itu adalah lebih utama.” (HR. Muslim no. 755)
Dari Abu Qotadah, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لأَبِى بَكْرٍ « مَتَى تُوتِرُ » قَالَ أُوتِرُ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ. وَقَالَ لِعُمَرَ « مَتَى تُوتِرُ ». قَالَ آخِرَ اللَّيْلِ. فَقَالَ لأَبِى بَكْرٍ « أَخَذَ هَذَا بِالْحَزْمِ ». وَقَالَ لِعُمَرَ « أَخَذَ هَذَا بِالْقُوَّةِ ».
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakar, ” Kapankah kamu melaksanakan witir?” Abu Bakr menjawab, “Saya melakukan witir di permulaan malam”. Dan beliau bertanya kepada Umar, “Kapankah kamu melaksanakan witir?” Umar menjawab, “Saya melakukan witir pada akhir malam”. Kemudian beliau berkata kepada Abu Bakar, “Orang ini melakukan dengan penuh hati-hati.” Dan kepada Umar beliau mengatakan, “Sedangkan orang ini begitu kuat.” (HR. Abu Daud no. 1434 dan Ahmad 3/309. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Jumlah Raka’at dan Cara Pelaksanaan
Witir boleh dilakukan satu, tiga, lima, tujuh atau sembilan raka’at. Berikut rinciannya.
Pertama: witir dengan satu raka’at.
Cara seperti ini dibolehkan oleh mayoritas ulama karena witir dibolehkan dengan satu raka’at. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلاَثٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ
Witir adalah sebuah keharusan bagi setiap muslim, barang siapa yang hendak melakukan witir lima raka’at maka hendaknya ia melakukankannya dan barang siapa yang hendak melakukan witir tiga raka’at maka hendaknya ia melakukannya, dan barang siapa yang hendak melakukan witir satu raka’at maka hendaknya ia melakukannya.” (HR. Abu Daud no. 1422. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kedua: witir dengan tiga raka’at.
Di sini boleh dapat dilakukan dengan dua cara: [1] tiga raka’at, sekali salam, [2] mengerjakan dua raka’at terlebih dahulu kemudian salam, lalu ditambah satu raka’at kemudian salam.
Dalil cara pertama:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فِى الْحُجْرَةِ وَأَنَا فِى الْبَيْتِ فَيَفْصِلُ بَيْنَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ بِتَسْلِيمٍ يُسْمِعُنَاهُ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di dalam kamar ketika saya berada di rumah dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memisah antara raka’at yang genap dengan yang witir (ganjil) dengan salam yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perdengarkan kepada kami.” (HR. Ahmad 6/83. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dalil cara kedua:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِثَلاَثٍ لاَ يَقْعُدُ إِلاَّ فِى آخِرِهِنَّ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berwitir tiga raka’at sekaligus, beliau tidak duduk (tasyahud) kecuali pada raka’at terakhir.” (HR. Al Baihaqi)
Ketiga: witir dengan lima raka’at.
Cara pelaksanaannya adalah dianjurkan mengerjakan lima raka’at sekaligus dan tasyahud pada raka’at kelima, lalu salam. Dalilnya adalah hadits dari ‘Aisyah, ia mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ لاَ يَجْلِسُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ فِى آخِرِهَا.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat malam sebanyak tiga belas raka’at. Lalu beliau berwitir dari shalat malam tersebut dengan lima raka’at. Dan beliau tidaklah duduk (tasyahud) ketika witir kecuali pada raka’at terakhir.” (HR. Muslim no. 737)
Keempat: witir dengan tujuh raka’at.
Cara pelaksanaannya adalah dianjurkan mengerjakannya tanpa duduk tasyahud kecuali pada raka’at keenam. Setelah tasyahud pada raka’at keenam, tidak langsung salam, namun dilanjutkan dengan berdiri pada raka’at ketujuh. Kemudian tasyahud pada raka’at ketujuh dan salam. Dalilnya akan disampaikan pada witir dengan sembilan raka’at.
Kelima: witir dengan sembilan raka’at.
Cara pelaksanaannya adalah dianjurkan mengerjakannya tanpa duduk tasyahud kecuali pada raka’at kedelapan. Setelah tasyahud pada raka’at kedelapan, tidak langsung salam, namun dilanjutkan dengan berdiri pada raka’at kesembilan. Kemudian tasyahud pada raka’at kesembilan dan salam.
Dalil tentang hal ini adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. ‘Aisyah mengatakan,
كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُورَهُ فَيَبْعَثُهُ اللَّهُ مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّى تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ فِيهَا إِلاَّ فِى الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلِّمُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى التَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا يُسْمِعُنَا ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ فَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَىَّ فَلَمَّا أَسَنَّ نَبِىُّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَخَذَ اللَّحْمَ أَوْتَرَ بِسَبْعٍ وَصَنَعَ فِى الرَّكْعَتَيْنِ مِثْلَ صَنِيعِهِ الأَوَّلِ فَتِلْكَ تِسْعٌ يَا بُنَىَّ
Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak dan berwudhu` dan shalat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit dan tidak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri dan shalat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, lalu beliau mengucapkan salam dengan nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau shalat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku. Ketika Nabiyullah berusia lanjut dan beliau telah merasa kegemukan, beliau berwitir dengan tujuh rakaat, dan beliau lakukan dalam dua rakaatnya sebagaimana yang beliau lakukan pada yang pertama, maka itu berarti sembilan wahai anakku.” (HR. Muslim no. 746)
Qunut Witir
Tanya:  Apa hukum membaca do’a qunut setiap malam ketika (shalat sunnah) witir?
Jawab: Tidak masalah mengenai hal ini. Do’a qunut (witir) adalah sesuatu yang disunnahkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun biasa membaca qunut tersebut. Beliau pun pernah mengajari (cucu beliau) Al Hasan beberapa kalimat qunut untuk shalat witir. Ini termasuk hal yang disunnahkan. Jika engkau merutinkan membacanya setiap malamnya, maka itu tidak mengapa. Begitu pula jika engkau meninggalkannya suatu waktu sehingga orang-orang tidak menyangkanya wajib, maka itu juga tidak mengapa. Jika imam meninggalkan membaca do’a qunut suatu waktu dengan tujuan untuk mengajarkan manusia bahwa hal ini tidak wajib, maka itu juga tidak mengapa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan do’a qunut pada cucunya Al Hasan, beliau tidak mengatakan padanya: “Bacalah do’a qunut tersebut pada sebagian waktu saja”. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa membaca qunut witir terus menerus adalah sesuatu yang dibolehkan. [Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, Fatawa Nur ‘alad Darb, 2/1062[2]]
Do’a qunut witir yang dibaca terdapat dalam riwayat berikut.
Al Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam shalat witir, yaitu
اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Allahummahdiini fiiman hadait, wa’aafini fiiman ‘afait, watawallanii fiiman tawallait, wabaarik lii fiima a’thait, waqinii syarrama qadlait, fainnaka taqdhi walaa yuqdho ‘alaik, wainnahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbana wata’aalait. (Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi)” (HR. Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Bagaimana Jika Luput dari Shalat Witir?
Tanya: Apakah shalat witir itu wajib? Apakah kami nanti berdosa jika suatu hari kami mengerjakan shalat tersebut dan di hari yang lainnya kami tinggalkan?
Jawab: Hukum shalat witir adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Oleh karenanya sudah sepatutnya setiap muslim menjaga shalat witir ini. Sedangkan orang yang kadang-kadang saja mengerjakannya (suatu hari mengerjakannya dan di hari lain meninggalkannya), ia tidak berdosa. Akan tetapi, orang  seperti ini perlu dinasehati agar ia selalu menjaga shalat witir. Jika suatu saat ia luput mengerjakannya, maka hendaklah ia menggantinya di siang hari dengan jumlah raka’at yang genap. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika luput dari shalat witir, beliau selalu melakukan seperti itu. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,  “Jika beliau ketiduran atau sedang sakit sehingga tidak dapat melakukannya di malam hari, maka beliau shalat di waktu siangnya sebanyak dua belas rakaat” (HR. Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam biasanya melaksanakan shalat malam sebanyak sebelas raka’at. Beliau salam setiap kali dua raka’at, lalu beliau berwitir dengan satu raka’at. Jika luput dari shalat malam karena tidur atau sakit, maka beliau mengganti shalat malam tersebut di siang harinya dengan mengerjakan dua belas raka’at. Inilah maksud dari ucapan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tadi. Oleh karena itu, jika seorang mukmin punya kebiasaan shalat di malam hari sebanyak lima raka’at, lalu ia ketiduran atau luput dari mengerjakannya, hendaklah ia ganti shalat tersebut di siang harinya dengan mengerjakan shalat enam raka’at, ia kerjakan dengan salam setiap dua raka’at. Demikian pula jika seseorang biasa shalat malam tiga raka’at, maka ia ganti dengan mengerjakan di siang harinya empat raka’at, ia kerjakan dengan dua kali salam. Begitu pula jika ia punya kebiasaan shalat malam tujuh raka’at, maka ia ganti di siang harinya dengan delapan raka’at, ia kerjakan dengan salam setiap dua raka’at.
Hanya Allah yang memberi taufik. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. [Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, ditandangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku Ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku Wakil Ketua, Abdullah bin Qu’ud dan Abdullah bin Ghodyan selaku Anggota, pertanyaan kedua no. 6755, 7/172-173]
Sudah Witir Sebelum Tidur dan Ingin Shalat Malam Di Akhir Malam
TanyaApakah sah shalat sunnah yang dikerjakan di seperti malam terakhir, namun sebelum tidur telah shalat witir?
JawabShalat malam itu lebih utama dikerjakan di sepertiga malam terakhir karena sepertiga malam terakhir adalah waktu nuzul ilahi (Allah turun ke langit dunia). Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman (yang artinya): ‘Adakah seorang yang meminta? Pasti Aku akan memberinya. Adakah seorang yang berdoa? Pasti Aku akan mengabulkannya. Dan adakah seorang yang memohon ampunan? Pasti Aku akan mengampuninya’. Hal ini berlangsung hingga tiba waktu fajar.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah). Hadits ini menunjukkan bahwa shalat di sepertiga malam terakir adalah sebaik-baiknya amalan. Oleh karena itu, lebih utama jika shalat malam itu dikerjakan di sepertiga malam terakhir. Begitu pula untuk shalat witir lebih utama untuk dijadikan sebagai akhir amalan di malam hari. Inilah yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Jadikanlah akhir shalatmu di malam hari adalah shalat witir ” (HR. Bukhari, dari Abdullah bin ‘Umar). Jadi, jika seseorang telah mengerjakan witir di awal malam, lalu ia bangun di akhir malam, maka tidak mengapa jika ia mengerjakan shalat sunnah di sepertiga malam terakhir. Ketika itu ia cukup dengan amalan shalat witir yang dikerjakan di awal malam karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengerjakan dua witir dalam satu malam. [Syaikh Sholih Al Fauzan hafizhohullah, Al Muntaqo min Fatawa Al Fauzan no. 41, 65/19]
Semoga panduan shalat witir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Diselesaikan berkat karunia Allah Ta’ala pada hari Jum’at, 23 Jumadil Awwal 1431 H (07/05/2010) di Panggang-GK
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

[1] Al Ikhtiyarot, ‘Alaud diin Abul Hasan Ali bin Muhammad bin ‘Abbas Al Ba’li Ad Dimasyqi, hal. 57, Mawqi’ Misykatul Islamiyah
sumber : http://rumaysho.com/shalat/panduan-shalat-witir-1006

Selasa, 01 Juli 2014

Kumpulan Amalan Do’a Bulan Puasa Ramadhan

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Kumpulan Amalan Do’a Bulan Puasa Ramadhan
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia bagi umat Islam. Karena di dalam bulan itu terdapat banyak sekali pahala dan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan juga bulan ramadhan disebut-sebut adalah bulannya al-qur’an atau bulan diturunkannya kitab suci alqur’an.
Sebaiknya selama bulan Ramadhan kita mengisi dengan berbagai amalan-amalan sunnah. Di antaranya adalah amalan do’a dan dzikir. Di bawah ini ada sebagian Kumpulan amalan do’a dan dzikir di bulan Ramadhan yang dapat kita lakukan pada Bulan Puasa Ramadhan.
1. Do’a Niat Mandi Sunat Awal Ramadhan
نَوَيْتُ الغُسْلَ لِدُخُوْلِ رَمَضَانَ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitul Ghusla Lidzuu khuli Ramadhona Sunata Lillaahita’ala.
   Artinya : 
” Aku berniat mandi sunat bulan Ramadhan karena Allah Ta’ala “.  2. Do’a Menjumpai Malam Pertama Bulan Ramadhanرَبِّى وَرَبَّكَ اللهُ هِلاَلُ خَيْرَ وَرُشْدٍِ اَللَّهُمَّ اَهْلِهُ عَلَيْنَا بِالسَّلاَمَةِ وَالاِسْلاَمِ وَالاَمْنِ وَالاِيْمَانِ
    Rabbi warabbakallahu Hilalu Khoiro warushdzi, Allaahumma Ahlihu ngalaina bissalamati wal islami wal amni wa iimani.
  Artinya :
   ” Tuhanku & Tuhanmu adalah Allah, Ia adalah bulan sabit Kebajikan & Petunjuk. Ya Allah terbitkanlah Ia atas kami dengan kesejahteraan, Islam, aman & iman “.  
3. Do’a Niat Puasa Ramadhan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍّ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
   Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhi syahri romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta ‘aala.
  Artinya :
   ” Aku niat berpuasa esok hari utk menunaikan kewajiban bulan ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala “. 
4. Do’a Berbuka Puasa
اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ ءَامَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ اَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
    Allahumma laka Shumtu wabika aamantu wa’ala risqika afthartu birahmatika yaa arhamar raahimiin.
  Artinya :
   ” Ya Allah karena engkau saya berpuasa & kepada engkau aku beriman & atas rezeki yang engkau beriman saya berbuka, dengen rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Pengasih dari semua yang pengasih “. 
5. Do’a Niat Shalat Tarawih 
   a. Niat untuk imam:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ اِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
         Ushalli sunnatat-tarawihi rak’ataini Mustakbilal kiblati Imamma Lillaahi Ta’ala.
       Artinya :
         ” Aku berniat Shalat Tarawih dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala “.
b. Niat untuk makmum:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat-tarawihi rak’ataini Mustakbilal kiblati Ma’mumma Lillaahi Ta’ala.
        Artinya : 
” Aku berniat Shalat Tarawih dua rakaat menjadi makmum karena Allah Ta’ala “. 6. Do’a Niat Shalat Witir Satu Raka’at
    a. Niat untuk imam:
     أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ اِمَامًا للهِ تَعَالى
        Ushallii sunnatal-witri rak’atan Imamma lillaahi ta’aalaa.
       Artinya : 
“ Aku berniat shalat satu rakaat witir jadi imam karena Allah Ta’ala “.
    b. Niat untuk makmum: 

أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالى

Ushallii sunnatal-witri rak’atan lillaahi ta’aalaa.
“ Aku berniat shalat satu rakaat witir jadi makmum karena Allah Ta’ala “. 
7. Do’a Niat Shalat Witir Dua Raka’at
     a. Niat untuk imam:
       أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ اِمَامًا للهِ تَعَال
Ushallii sunnatal-witri rak’ataini Imamma lillaahi ta’aalaa.
       Artinya : 
“ Aku berniat shalat witir dua rakaat jadi imam karena Allah Ta’ala “.
     b. Niat untuk makmum:
      أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَال
Ushallii sunnatal-witri rak’ataini ma’muumma lillaahi ta’aalaa.
         Artinya : 
” Aku berniat shalat witir dua rakaat jadi makmum karena Allah Ta’ala “.
8. Do’a Niat Diam (I’tikaf) di Mesjid
   a. Niat I’tikaf sunnah
       نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فىِ هَذاَ المَسْجِدِ مُدَّةَ إِقاَمَةِ فِيْهِ سُنَّةً ِللهِ تَعاَلىَ
Nawaitu an-a’takifa fii haadzal masjidi sunnatan lillaahi ta’aalaa.
       Artinya : 
” Aku niat I’tikaf di mesjid ini selama tinggal di dalamnya, Sunnah karena Allah SWT “.
   b. Niat I’tikaf wajib atau yang dinadzarkan
       نَذَرْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فىِ هَذاَ المَسْجِدِ مُدَّةَ إِقاَمَةٍ فِيْهِ فَرْضاً ِللهِ تَعاَلىَ
Nadzartu an-a’takifa fii haadzal masjidi sunnatan lillaahi ta’aalaa.
      Artinya :
“Aku nadzar (janji) I’tikaf di mesjid ini selama tinggal di dalamnya, fardu karena Allah SWT”. 
9. Do’a Malam Lailatul Qadar
    اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma Innaka ‘Afuwwun, Tuhibbul ‘Afwa, Fa’fu ‘Anni
   Artinya : 
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Senang Memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.”
Sumber : http://senirupa.itb.ac.id/antosan/?page_id=525

Copyright @ 2013 ***D-MUSLIM***.